jakarta si kota Metropolititan. kota yang memuat banyak sisi kehidupan. di sore hari, para pegawai kantoran jalan protokol, memenuhi sisi jalan dengan bergegas menyeimbangkan waktu. di pagi hari orang-orang tua sibuk mengantar anak- anak kecil mereka ke sekolah dan tak khayal ikut berjejal disegala penjuru jalanan. dan di malam hari bahkan tak pernah sepi.
ini lah kota ku lahir, kota ku hidup dan tumbuh, kota yang sesak namun selalu ku merindu.
tapi bukan jakarta yang kali ini akan diceritakan, tapi sisi lain kehidupan di kota ini. kehidupan yang memiliki banyak muka dan tak jarang menarik perhatian ku untuk ku ceritakan.
suatu pagi menjelang siang yang cukup panas meski matahari belum sepenggalan kepala, aku berjalan di sebuah sudut Jakarta, yaitu statiun Kota. warga Jakarta mana yang tak mengenalnya? di Kota ini, begitu banyak saksi sejarah, begitu banyak tempat indah yang dibiarkan terbengkalai, begitu banyak spot yang pantas dijepret kamera para warga.
di statiun kota ini, ada hal kecil yang sangat menarik.
yang biasanya lengang dan hanya terdengar suara deru kendaraan dan sibuknya langkah kaki. namun pagi itu, terdengar suara merdu yang membahana. perlahan ketertarikan ku membuahkan hasil. ku lihat seorang laki-laki paruh baya sedang memetik gitar yang tersambung pada speaker yang menyebarkan suara merdu kesekeliling statiun. aku tertegun, bukan hanya merdunya petikan gitar tapi juga suara yang mengalun lembut. dia terlihat menikmati penampilannya, tanpa canggung karna panggung yang tak layak, tanpa muram karna bayaran tak seberapa yang hanya dilempar tak acuh para pejalan kaki yang melintas.
yang biasanya lengang dan hanya terdengar suara deru kendaraan dan sibuknya langkah kaki. namun pagi itu, terdengar suara merdu yang membahana. perlahan ketertarikan ku membuahkan hasil. ku lihat seorang laki-laki paruh baya sedang memetik gitar yang tersambung pada speaker yang menyebarkan suara merdu kesekeliling statiun. aku tertegun, bukan hanya merdunya petikan gitar tapi juga suara yang mengalun lembut. dia terlihat menikmati penampilannya, tanpa canggung karna panggung yang tak layak, tanpa muram karna bayaran tak seberapa yang hanya dilempar tak acuh para pejalan kaki yang melintas.
begitu menginspirasinya beliau, karna mungkin bukan pilihan untuk menggelar pergelaran ditempat tak layak seperti statiun, tapi semangat dan tindakannya yang sungguh sungguh antara cinta dan pekerjaan yang perlu acungan jempol. mungkin hidup tak selalu indah, tapi dengan menjalani kehidupan yang kita cintai dan syukuri, hidup akan terasa lebih indah. selalu bersemangat jakartans :)
No comments:
Post a Comment